Sabtu, 09 Januari 2010

Air,, dan Hati...


Ni cerita mungkin dah banyak banget tersebar,,tapi tetap saja ketika hikmah itu ada...maka sudah sepantasnya lah kita dapat mengambil kisah dari setiap kisah yang ada...

Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya belakangan ini selalu tampak murung. "Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu?" sang Guru bertanya. "Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya," jawab sang murid muda. Sang Guru terkekeh. "Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam. Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu." Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta. "Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu," kata Sang Guru. "Setelah itu coba kau minum airnya sedikit." Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin. "Bagaimana rasanya?" tanya Sang Guru. "Asin, dan perutku jadi mual," jawab si murid dengan wajah yang masih meringis. Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis keasinan. "Sekarang kau ikut aku." Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat tempat mereka. "Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau." Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah di hadapan mursyid, begitu pikirnya. "Sekarang, coba kau minum air danau itu," kata Sang Guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir danau. Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya kepadanya, "Bagaimana rasanya?" "Segar, segar sekali," kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah. Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa di mulutnya. "Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?" "Tidak sama sekali," kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas. "Nak," kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum. "Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah." Si murid terdiam, mendengarkan. "Tapi Nak, rasa `asin' dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya 'qalbu'(hati) yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu jadi sebesar danau.

Dalam pengembangan ceritanya,,,
Klo cerita diatas mngatakan bahwa ukurn hati yg paling baik adalah seukuran danau,tidak lebih kecil dari itu(seperti gelas) karena klo dikasih segenggam garam akan trasa asin.. Tp mungkin juga ukuran hati ga bisa lebih besar dari danau seperti samudra,karena klo samudra ga perlu dikasih segenggam garam jg udah asin..

dan cerita masih belum berlanjut.. (*ni improvisasi niyhhh!!!)

sang guru lalu mengambil gelas hadiah dari membeli sabun cuci. mengisinya dengan air dan gula. "coba kau masukan lagi segenggam garam ke dalam gelas ini. lalu minum" perintah guru ke muridnya. Lalu muridnya memasukan segenggam garam lagi dan meminumnya. "apa yang kau rasakan?" kata sang guru....

"rasanya sangat aneh guru." kata sang murid

"tapi perlu kau tahu. Rasa aneh itu adalah obat untuk perutmu yang mual. Jadi jika kau tidak bisa membuat hatimu menjadi danau, buatlah hatimu manis. karena hati yang manis jika diberi masalah akan mengobati orang yang memiliki hati itu menjadi manusia yang lebih baik."


Wallahu'alam..
*dikembangkan dari notes FB put..syukron buat yang udah menginspirasi.. ^_^

2 komentar:

  1. cerite ini bahkan isak kubawa sampai ke mimbar... mimang kisah yang luar biase... ndak hanye esensi dari penjelasan guru e, tapi karakter guru dan murid disini ditunjukkan dengan indah... :-D

    BalasHapus
  2. yup..
    waktu put post cerita ini,,banyak yang coment...
    alhamdulillah cerite nye berkembang...
    jadi muncul hikmah-hikmah baru...
    ^_^

    BalasHapus